Thursday, August 9, 2012

(I Want) Happiness




"OVADA PATIMOKHA"
Pada saat purnamasidi di bulan Magga, Bulan Pebruari, 1250 Bhikkhu tanpa perjanjian, tanpa persetujuan terlebih dahulu datang serempak dari tempat yang berlainan untuk menemui Sang Buddha di Veluvana Arama di kota Rajagaha. 1250 Bhikkhu tersebut ditakbiskan dengan cara Ehi Bhikkhu Upasampada, yang telah mencapai Tingkat Kesucian Sempurna (Arahat) dan memiliki Enam Kemampuan Bati
n Luar Biasa (calabhinna).

Pada saat yang istimewa itu, Sang Buddha menyabdakan Dhamma dalam Bentuk Syair yang terdiri dari tiga bait. Dharma itu merupakan sari dari ajaran Agama Buddha yang kemudian dikenal sebagai Ovada Patimokha. Kejadian yang luar biasa ini terjadi pada tahun pertama setelah Pencapaian Penerangan Sempurna, yaitu saat Vassa ke-2 Sang Buddha, yang kemudian diperingati sebagai Hari Raya Magha Puja.

Isi Ovada Patimokha tersebut, adalah sebagai berikut :

Sabbapassa akaranam
Kusala upasampada
Sacitta pariyodapanam
Etam Buddhana sasanam

Janganlah berbuat jahat,
Sempurnakanlah kebajikan
Sucikanlah hati dan pikiran,
Itulah ajaran semua Buddha.

Khanti paramamtapo titikkha,
Nibbanam paramam vadanti Buddha
Na hi pabbajito parupaghati
Samano hoti param vihethayanto

Kesabaran adalah tapa tertinggi
Buddha bersabda Nibbana-lah yang tertinggi
Bukanlah petapa yang melukai orang lain
Bukanlah samana yang menyakiti orang lain.

Anupavado, anupaghato, patimokkhe ca samvaro,
Mattannuta ca bhattasmin, pantan ca sayanasanam,
Adhicitte ca ayogo, etam Buddhana sasanam

Tidak menghina, tidak menyakiti,
Mengendalikan diri sesuai dengan peraturan, memiliki sifat madya dalam hal makanan,
Berdiam dalam tempat yang sunyi serta giat dalam mengembangkan batin yang luhur,
Inilah ajaran para Buddha. (Dhammapada 183, 184 dan 185)

Isi yang terkandung dalam Ovada Patimokha ini mencakup mengenai Sila, Samadhi dan Panna. Dalam Ovada Patimokha ini, yang mencakup tentang Sila adalah “janganlah berbuat jahat,sempurnakanlah kebajikan”, yang berarti diharapkan untuk menjadi manusia yang berbudi pekerti, berakhlak, beretika, serta bermoral yang baik. Sila ini meliputi :
Ø Berkata yang benar.
Ø Berbuat yang benar.
Ø Bermata pencaharian yang benar.

Samadhi adalah pemusatan pikiran pada suatu obyek, yaitu meliputi :
Ø Berusaha yang benar.
Ø Berperhatian yang benar.
Ø Berkonsentrasi pikiran yang benar.

Dalam Ovada Patimokha telah disebutkan : “sucikan hati dan pikiran, kesabaran adalah tapa tertinggi”, disini telah jelas disebutkan bahwa untuk mensucikan pikiran harus diimbangi dengan usaha yang benar, perhatian yang benar serta konsentrasi yang benar pula, sehingga akan terbawa pada kesabaran yang merupakan tapa tertinggi dalam samadhi.

Panna yang berarti kebijaksanaan sempurna, meliputi :
Ø Berpengertian yang benar.
Ø Berpikir yang benar.

Panna yang terkandung dalam Ovada Patimokha disebutkan sebagai berikut “ tidak menghina, tidak menyakiti, mengendalikan diri sesuai dengan peraturan, memiliki sifat madya dalam hal makanan, berdiam dalam tempat yang sunyi serta giat dalam mengembangkan batin yang luhur.”

Ini berarti, jika seseorang Bhikkhu sudah mempunyai sifat-sifat di atas, maka ia sudah mempunyai kebijaksanaan yang diperoleh karena Sila yang baik serta praktek Meditasi dengan benar.

Dengan melaksanakan Jalan Mulia Berunsur Delapan yang dapat dikelompokkan dalam Sila, Samadhi, dan Panna, maka akan dapat mencapai pada pembebasan tertinggi. Dengan melaksanakan Sila, kita akan dapat mengendalikan keinginan nafsu indera (tanha) untuk kemudian akan dapat menjadi manusia yang bersusila.
Dengan Samadhi kita dapat melemahkan kekuatan dari keinginan nafsu indera (tanha) dengan jalan melaksanakan Sila tersebut. Sila tanpa Samadhi akan sulit untuk dapat berhasil dalam melakukan perbuatan baik. Begitu juga dengan Samadhi tanpa Sila, juga tidak akan berhasil, karena kedua- duanya harus dijalankan bersama- sama. Bilamana kita telah dapat melaksanakan Sila dan Samadhi dengan sempurna, maka akan tercapailah Panna (kebijaksanaan). Panna akan berguna untuk menguasai atau melenyapkan nafsu keinginan (tanha) yang menjadi sebab utama terjadinya penderitaan.

Ovada Patimokha diajarkan oleh Sang Buddha sebelum vinaya ditetapkan, karena Ovada Patimokha diajarkan oleh Sang Buddha agar dijadikan pedoman bagi para Arahat untuk mengajarkan Dhamma ini kepada para pengikut-pengikut ajaran Buddha. Selain itu Ovada Patimokha juga sebagai dasar hidup kebhikkhuan, karena dengan adanya Ovada Patimokha ini akan membantu para Bhikkhu untuk mengajarkan Dhamma serta menjalankan kehidupan kebhikkhuan-Nya.

Setelah 20 tahun berlalu, ternyata semakin banyak kasus dalam kebhikkhuan, dan ternyata apa yang Sang Buddha katakan dalam Dhammapada 183, 184, dan 185 sudah tidak manjur lagi, kemudian Sang Buddha mulai menetapkan Anapatimokha (227 sila). Ajaran Sang Buddha yang tidak detail dan tidak terperinci disebut Dhamma, termasuk juga dengan Ovada Patimokha. Kemudian yang lebih rinci ada pada Anapatimokha. Vinaya yang merupakan peraturan bagi para Bhikkhu/ Bhikkhuni mulai disusun, dengan tujuan agar Dhamma tetap berjalan lama, dengan demikian akan dapat menumbuhkan keyakinan, dan keyakinan tersebut akan dapat mempertahankan Dhamma.

================

Diputhera Oka, dkk. 1997. Kuliah Agama Buddha untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Yayasan Sanata Dharma Indonesia
Tim Penyusun. 2003. Materi Kuliah Agama Buddha Untuk Perguruan Tinggi Agama Buddha. Jakarta : Dewi Kayana Abadi

Pada saat yang istimewa itu, Sang Buddha menyabdakan Dhamma dalam Bentuk Syair yang terdiri dari tiga bait. Dharma itu merupakan sari dari ajaran Agama Buddha yang kemudian dikenal sebagai Ovada Patimokha. Kejadian yang luar biasa ini terjadi pada tahun pertama setelah Pencapaian Penerangan Sempurna, yaitu saat Vassa ke-2 Sang Buddha, yang kemudian diperingati sebagai Hari Raya Magha Puja.
Isi Ovada Patimokha tersebut, adalah sebagai berikut :
Sabbapassa akaranam
Kusala upasampada
Sacitta pariyodapanam
Etam Buddhana sasanam
Janganlah berbuat jahat,
Sempurnakanlah kebajikan
Sucikanlah hati dan pikiran,
Itulah ajaran semua Buddha.
Khanti paramamtapo titikkha,
Nibbanam paramam vadanti Buddha
Na hi pabbajito parupaghati
Samano hoti param vihethayanto
Kesabaran adalah tapa tertinggi
Buddha bersabda Nibbana-lah yang tertinggi
Bukanlah petapa yang melukai orang lain
Bukanlah samana yang menyakiti orang lain.
Anupavado, anupaghato, patimokkhe ca samvaro,
Mattannuta ca bhattasmin, pantan ca sayanasanam,
Adhicitte ca ayogo, etam Buddhana sasanam
Tidak menghina, tidak menyakiti,
Mengendalikan diri sesuai dengan peraturan, memiliki sifat madya dalam hal makanan,
Berdiam dalam tempat yang sunyi serta giat dalam mengembangkan batin yang luhur,
Inilah ajaran para Buddha. (Dhammapada 183, 184 dan 185)
Isi yang terkandung dalam Ovada Patimokha ini mencakup mengenai Sila, Samadhi dan Panna. Dalam Ovada Patimokha ini, yang mencakup tentang Sila adalah “janganlah berbuat jahat,sempurnakanlah kebajikan”, yang berarti diharapkan untuk menjadi manusia yang berbudi pekerti, berakhlak, beretika, serta bermoral yang baik. Sila ini meliputi :
Ø Berkata yang benar.
Ø Berbuat yang benar.
Ø Bermata pencaharian yang benar.
Samadhi adalah pemusatan pikiran pada suatu obyek, yaitu meliputi :
Ø Berusaha yang benar.
Ø Berperhatian yang benar.
Ø Berkonsentrasi pikiran yang benar.
Dalam Ovada Patimokha telah disebutkan : “sucikan hati dan pikiran, kesabaran adalah tapa tertinggi”, disini telah jelas disebutkan bahwa untuk mensucikan pikiran harus diimbangi dengan usaha yang benar, perhatian yang benar serta konsentrasi yang benar pula, sehingga akan terbawa pada kesabaran yang merupakan tapa tertinggi dalam samadhi.
Panna yang berarti kebijaksanaan sempurna, meliputi :
Ø Berpengertian yang benar.
Ø Berpikir yang benar.
Panna yang terkandung dalam Ovada Patimokha disebutkan sebagai berikut “ tidak menghina, tidak menyakiti, mengendalikan diri sesuai dengan peraturan, memiliki sifat madya dalam hal makanan, berdiam dalam tempat yang sunyi serta giat dalam mengembangkan batin yang luhur.”
Ini berarti, jika seseorang Bhikkhu sudah mempunyai sifat-sifat di atas, maka ia sudah mempunyai kebijaksanaan yang diperoleh karena Sila yang baik serta praktek Meditasi dengan benar.
Dengan melaksanakan Jalan Mulia Berunsur Delapan yang dapat dikelompokkan dalam Sila, Samadhi, dan Panna, maka akan dapat mencapai pada pembebasan tertinggi. Dengan melaksanakan Sila, kita akan dapat mengendalikan keinginan nafsu indera (tanha) untuk kemudian akan dapat menjadi manusia yang bersusila.
Dengan Samadhi kita dapat melemahkan kekuatan dari keinginan nafsu indera (tanha) dengan jalan melaksanakan Sila tersebut. Sila tanpa Samadhi akan sulit untuk dapat berhasil dalam melakukan perbuatan baik. Begitu juga dengan Samadhi tanpa Sila, juga tidak akan berhasil, karena kedua- duanya harus dijalankan bersama- sama. Bilamana kita telah dapat melaksanakan Sila dan Samadhi dengan sempurna, maka akan tercapailah Panna (kebijaksanaan). Panna akan berguna untuk menguasai atau melenyapkan nafsu keinginan (tanha) yang menjadi sebab utama terjadinya penderitaan.
Ovada Patimokha diajarkan oleh Sang Buddha sebelum vinaya ditetapkan, karena Ovada Patimokha diajarkan oleh Sang Buddha agar dijadikan pedoman bagi para Arahat untuk mengajarkan Dhamma ini kepada para pengikut-pengikut ajaran Buddha. Selain itu Ovada Patimokha juga sebagai dasar hidup kebhikkhuan, karena dengan adanya Ovada Patimokha ini akan membantu para Bhikkhu untuk mengajarkan Dhamma serta menjalankan kehidupan kebhikkhuan-Nya.
Setelah 20 tahun berlalu, ternyata semakin banyak kasus dalam kebhikkhuan, dan ternyata apa yang Sang Buddha katakan dalam Dhammapada 183, 184, dan 185 sudah tidak manjur lagi, kemudian Sang Buddha mulai menetapkan Anapatimokha (227 sila). Ajaran Sang Buddha yang tidak detail dan tidak terperinci disebut Dhamma, termasuk juga dengan Ovada Patimokha. Kemudian yang lebih rinci ada pada Anapatimokha. Vinaya yang merupakan peraturan bagi para Bhikkhu/ Bhikkhuni mulai disusun, dengan tujuan agar Dhamma tetap berjalan lama, dengan demikian akan dapat menumbuhkan keyakinan, dan keyakinan tersebut akan dapat mempertahankan Dhamma.

================

Diputhera Oka, dkk. 1997. Kuliah Agama Buddha untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Yayasan Sanata Dharma Indonesia
Tim Penyusun. 2003. Materi Kuliah Agama Buddha Untuk Perguruan Tinggi Agama Buddha. Jakarta : Dewi Kayana Abadi

No comments:

Post a Comment